60 Quotes Cak Nun, Budayawan & Intelektual Muslim
Emha Ainun Nadjib merupakan budayawan dan intelektual muslim asal Jombang, Jawa Timur. Ia mempunyai sapaan erat dengan panggilan Cak Nun. Seorang Cak Nun yakni ialah anak keempat dari 15 bersaudara yang pernah menjadi murid di Pondok Modern Gontor – Ponorogo. Kemudian beliau menamatkan pendidikan di SMA Muhammadiyah I Yogyakarta. Setelah lulus ia juga mengambil kuliah formal di UGM pada Fakultas Ekonomi, tetapi beliau cuma mampu menyelesaikan satu semester saja.
Menurut riwayat Cak Nun telah menikah dua kali, istri pertamanya Neneng Suryaningsih berhasil dikaruniai seorang anak ‘Noe’ yang merupakan Vokalis populer band Letto. Kemudian alasannya adalah kandas akad nikah pertamanya, Cak Nun menikah kedua kalinya dengan Novia Kolopaking dan dikaruniai empat orang anak.
Perjalanan Karier
Cak Nun menggemari pembelajaran sastra, beliau mempunyai guru bernama Umbu Landu Paranggi, seorang sufi misterius, yang merantau di Malioboro, Yogyakarta sekitar tahun 1970 – 1975. Selain itu, Cak Nun juga menjadi Pengasuh Sastra di harian Masa Kini, Yogyakarta. Ia juga menekuni profesi Wartawan di harian Masa Kini pada tahun 1973-1976, hingga karenanya menjadi pemimpin Teater Dinasti, Yogyakarta.
Kesukaannya akan dunia teater, Cak Nun aktif dalam berbagai pekan raya dan lokakarya puisi dan teater. Seperti lokakarya teater di Filipina (1980), lokakarya di International Writing Program di Universitas lowa AS (1984), Festival Penyair Internasional di Rotterdam, Belanda dan Festival Horizonte III di Berlin Barat, Jerman pada 1985.
Selain menggemari dunia teater, Cak Nun juga aktif menulis, hingga menjadi narasumber pengajian bulanan yang dikenal dengan komunitas Masyarakat Padang Bulan di banyak sekali kawasan. Ia juga seringkali memimpin kalangan musik, KiaiKanjeng dengan membawakan sholawat-sholawat nabi hingga syair religius bertema dakwah. Cak Nun dan komunitas KiaiKanjeng juga pernah mendatangi negara lain seperti, Inggris, Jerman, Skotlandia, Italia, dan Belanda.
Bersama komunitas KiaiKanjeng juga, Cak Nun memadukan senia, agama, pendidikan, politik, sinergi ekonomi untuk mengangkat peluangpenduduk .
Penghargaan Kebudayaan
Cak Nun yaitu sang budayawan Jawa yang sukses mendapatkan Penghargaan Satyalancana Kebudayaan 2010 dari Presiden SBY, pada bulan Maret 2011. Sangat berharga sekali, Penghargaan Satyalancana Kebudayaan ini akan diberikan bagi seseorang yag mempunyai jasa besar di bidang kebudayaan serta kesanggupan melestarikan kebudayaan kawasan sampai nasional dan karya – karyaanya berfaedah untuk masyarakat, bangsa, dan negara, mirip yang telah diungkap oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Jero Wacik.
Riwayat Karya
Cak Nun juga populer dengan karya – karya puisi yang ditulisnya salah satunya ‘Syair-syair Asmaul Husna yang ditulis pada tahun 1994 kemudian masih banyak kumpulan karya yang lain.
Cak Nun telah berkarya semenjak simpulan tahun 1969, tepatnya berusia 16 tahun. Sejak tahun 1975, dia mulai membukukan karya – karya yang ia tuliskan. Berbagai jenis tema bukunya seperti: esai, puisi, naskah drama, cerpen, musikalisasi puisi, kutipan quote, transkrip Maiyahan, sampai wawancara. Banyak sekali karyanya di tahun 80 dan 90–an masih banyak yang diterbitkan ulang dari 20 sampai 30 tahun sehabis terbitnya karya tersebut. Karya yang diteritkan ulang ini mengingat masih banyak persepsi kontekstual dengan situasi kehidupan di Indonesia.
Lihat Juga : 100 Kata Kata Mardigu Wowiek, Triliyuner Indonesia
Kata Kata Bijak Cak Nun Penuh Makna
“Apa gunanya ilmu bila tidak memperluas jiwa seseorang sehingga beliau berlaku seperti samudera yang menampung sampah-sampah?”
– Cak Nun
“Hidup ini sangat luas dan dimensi-dimensi persoalannya tak terhingga, untuk itu diperlukan bukan sekadar wawasan yang luas dan wawasan yang terus dicari melainkan juga kearifan dan perilaku luhur yang konsisten dari hari ke hari.”
– Cak Nun
“Orangtua kita mengajarkan sebuah nilai yang membedakan dua jenis anak, yang patuh tanpa reserve, yang pejah gesang nderek (hidup-mati ikut), disebut “anak baik-baik”, sedangkan yang mencoba rasional, memilih otoritasnya, meskipun itu justru sejalan dengan “lorong keadilan” disebut “anak nakal”.
– Cak Nun
“Kalau kau cukup makan sepiring nasi, kenapa mesti sepiring setengah. Kalau kesehatanmu cukup dipenuhi dengan sebiji tempe, kenapa ambil dua?”
– Cak Nun
“Kebanyakan orang tak mampu tidur, mereka cuma tertidur, alasannya sepanjang siang dan malam hari mereka diberati oleh dunia.”
– Cak Nun
“Anak-anak muda tak mampu hanya menggantungkan diri akan jadi pegawai negeri, pembengkakan populasi masyarakatakan makin berbanding terbalik dengan penyediaan lapangan kerja, jadi yang mau tegak hidupnya adalah orang-orang yang bermental wiraswasta, yang tidak priyayi, yang ulet dan bersedia bersusah payah.”
– Cak Nun
“Orang boleh salah, agar dengan demikian dia potensial menemukan kebenaran dengan proses autentiknya sendiri”
– Cak Nun
“Biasanya yang paling serakah dan paling mengetahui teori, metode, dan praktek keserakahan ialah orang-orang arif!”
– Cak Nun
“Keceriaan dan ketentraman hidup tidak terlalu bergantung pada hal-hal di luar manusia melainkan bergantung pada kekayaan batin di dalam diri manusia.”
– Cak Nun
“Yang lebih kalian cari bukanlah kebaikan melainkan kekayaan, yang lebih kalian buru bukanlah keluhuran melainkan ketentraman, dan pada posisi seperti itu kalian senantiasa merasa lebih tinggi derajat dibanding orang kecil.”
– Cak Nun
“Ada orang yang mengkritik tetapi tidak memberi jalan keluar. Ada orang yang memberi jalan keluar tanpa mengkritik.”
– Cak Nun
“Manusia jangan menanti hancur dulu baru insaf.”
– Cak Nun
“Jangan mati-matian mengejar sesuatu yang tak bisa dibawa mati.”
– Cak Nun
“Seseorang tidak akan memperjuangkan pergantian dari ketidakbenaran menjadi kebenaran saat yang harus dia perlihara ialah kemapanannya dalam ketidakbenaran.”
– Cak Nun
“Apapun yang kita lakukan dalam kehidupan ini yakni perlombaan dalam kebaikan. Bukan perlombaan kelebihan satu sama lain.”
– Cak Nun
“Kesedihan boleh ada, namun jangan ada kebencian kepada siapapun.”
– Cak Nun
“Hakikat hidup bukanlah apa yang kita pahami, bukan buku-buku yang kita baca atau kalimat-kalimat yang kita pidatokan, melainkan apa yang kita kerjakan, apa yang paling mengakar di hati, jiwa dan inti kehidupan kita.”
– Cak Nun
“Pelajaran terpenting bagi calon pemimpin ialah kesanggupan menjadi rakyat. Barangsiapa mampu menjadi rakyat yang baik, itulah pemimpin yang bagus. Maksudnya, Sikap mental seorang pemimpin haruslah perilaku mental kerakyatan.”
– Cak Nun
“Hidup ini bukan kamu sukses atau tidak, bukan menang atau kalah. Tapi Hidup didunia ini apakah kamu bertahan berjuang bergantung pada Allah dalam kondisi apapun juga.”
– Cak Nun
“Yang penting bukan apakah kita menang atau kalah, Tuhan tidak mewajibkan manusia untuk menang sehingga kalah pun bukan dosa, yang penting yakni apakah seseorang berjuang atau tak berjuang.”
– Cak Nun
“Peraturan dan undang-undang tidak slalu sama dengan keadilan, dia bahkan mampu saja bertentangan dengan prinsip keadilan. Undang-undang mempunyai relativitasnya sendiri dan tidak mutlak sebagaimana firman Tuhan.”
– Cak Nun
Lihat Juga : 23 Kata Kata Al-Farabi, Ilmuwan & Filusuf Islam
Kata Kata Cak Nun Tentang Agama
“Apa adab harus dipamerkan melalui pakaian?”
– Cak Nun
“Kebanyakan manusia berjuang mengada-selenggarakan dirinya. Menonjol-nonjolkan dirinya, bahkan untuk itu mereka menghapus mahluk selainnya. Sampai tega meniadakan Tuhannya, itulah akhir hayat.”
– Cak Nun
“Tidak apa-apa kalau ilmu agamamu masih pas-pasan, itu malah membuatmu menjadi rendah hati. Banyak orang yang sudah merasa tahu ilmu agama, malah menjadikannya tinggi hati.”
– Cak Nun
“Tuhan tidak sakit hati oleh keingkaran kau. Tetapi Tuhan sangat tersakiti bila kamu berpura-pura menyembah-Nya.”
– Cak Nun
“Bukanlah hidup bila sekadar untuk mencari makan, bukankah sambil bekerja seseorang mampu merenungkan suatu hal, mampu berzikir dengan ucapan yang cocok dengan tahap penghayatan atau kebutuhan hidupnya, mampu memperhatikan macam-macam manusia, bisa belajar kepada sebegitu banyak insiden. Bisa mendapatkan hikmah-pesan yang tersirat, pelajaran dan kearifan yang membuat hidupnya semakin maju dan baik.”
– Cak Nun
“Kearifan-kearifan agama harus diterjemahkan ke dalam metode nilai pengelolaan sejarah, kebudayaan dan peradabannya.”
– Cak Nun
“Apakah etika itu untuk dipamerkan kepada orang lain (melalui busana)? Tidak boleh kan? Maka semampu-bisa saya, berpakaian mirip ini untuk mengurangi potensi ‘penipuan’ aku kepada Anda.”
– Cak Nun
“Orang yang diragukan keihklasannya yaitu orang menyebut dirinya baik. Semua nabi mengaku dirinya dzolim: “Inni Kuntu Minadzolimin” (saya tergolong orang yang dzolim). Nggak ada nabi yang mengaku dirinya sholeh.”
– Cak Nun
“Dakwah yang utama bukan berbentukkata-kata. Melainkan dari perilaku. Orang yang berbuat baik sudah berdakwah.”
– Cak Nun
Lihat Juga : 23 Kata Kata Imam Malik, Ulama Fiqh Islam
“Peraturan dan undang-undang tidak slalu sama dengan keadilan, dia bahkan bisa saja bertentangan dengan prinsip keadilan. Undang-undang mempunyai relativitasnya sendiri dan tidak mutlak sebagaimana firman Tuhan.”
– Cak Nun
“Tuhan tidak menuntut kita untuk sukses. Tuhan hanya menyuruh kita berjuang tanpa henti.””
– Cak Nun
“Kamu punya ruang dalam hatimu untuk mencicipi hati para mbambung (gelandangan) sehingga hatimu sedih, getir, terimpit seribu gunung. Sementara orang-orang arif sibuk dengan program-acara dan omong besar di koran-koran. Tuhan tidak bertanya padamu apakah kamu mampu menolong mbambung atau tidak, tetapi melihat apakah kamu menyayangi orang lemah atau tidak.”
– Cak Nun
“Sunnah Rasul yang paling fundamental yaitu akhlaknya, bukan kostumnya. Orang yang diminati Tuhan adalah orang yang menyebut dirinya buruk, biso rumongso (merasa tidak bisa), enggak rumongso biso (merasa paling bisa).”
– Cak Nun
“Menyepi itu penting, agar kamu sungguh-sungguh mampu mendengar apa yang menjadi isi dari keramaian.”
– Cak Nun
“Agama kurang diperkenalkan sebagai info besar hati dan janji cinta, melainkan selaku tukang cambuk, pendera dan satpam otoriter”
– Cak Nun
“Agama diajarkan terhadap insan biar beliau memiliki wawasan dan kesanggupan untuk menata hidup, menata diri dan alam, menata sejarah, kebudayaan, politik.”
– Cak Nun
“Al-Fatihah haruslah merefleksikan proses dan tahapan pencapaian sejarah kita sebagai diri eksklusif serta kita sebagai umatan wahidah. Ketika sampai di kalimat na’budu, tingkat yang mesti kita capai sudah lebih dari ‘abdullah, adalah khalifatullah.”
– Cak Nun
“Agama ialah sikap, agama yakni sikap. Dan semua agama mengajarkan kesantunan, kasih sayang dan Cinta kasih sesama.”
– Cak Nun
“Agama itu letaknya di dapur. Tidak persoalan mau pakai wajan merk apa di dapur, yang utama adalah makanan yang disuguhkan di warung sehat. Maka ukuran kesuksesan orang beragama bukan pada sholat atau umrohnya, melainkan pada perilakunya.”
– Cak Nun
Lihat Juga : 72 Quotes Umar Bin Khattab, ihwal Ilmu & Pemimpin Amanah
Kata Kata Cak Nun Penuh Makna Cinta
“Salah satu unsur cinta sampaumur yaitu empati. Kalau kekasih kita haus. Kita yang gugup mencarikan air minum. Kalau kekasih kita terluka. Perasaan kita yang mengucurkan darah.”
– Cak Nun
“Engkau bisa mengasihi meskipun tanpa cinta.”
– Cak Nun
“Cinta bukanlah bertahan seberapa usang. Tetapi seberapa terang dan ke mana arahnya.”
– Cak Nun
“Hanya sunyi, yang mampu mengajarkan kita, untuk tak mendua.”
– Cak Nun
“Salah satu unsur cinta cukup umur ialah empati. Kalau kekasih kita haus, kita yang gugup mencarikan air minum. Kalau kekasih kita terluka, perasaan kita yang mengucurkan darah.”
– Cak Nun
“Apa gunanya kepandaian jikalau tidak memperbesar kepribadian insan sehingga dia kian mampu mengetahui orang lain?”
– Cak Nun
“Jangan paksa orang untuk mencintaimu. Tagihlah dirimu untuk menyayangi siapapun.”
– Cak Nun
“Orang boleh salah, biar dengan demikian beliau memiliki potensi memperoleh kebenaran dengan proses autentiknya sendiri.”
– Cak Nun
“Empati yaitu salah satu komponen yang harus ada dalam menjalin kekerabatan, Antara satu sama lain harus saling menghargai dan mengerti alasannya adalah pada dasarnya cinta yakni saling melengkapi. Selalu berupaya merasakan apa yang dirasakan pasangannya juga ialah salah satu wujud konkret dari cinta.”
– Cak Nun
Lihat Juga : 70 Kata Kata KH. Achmad Mustofa Bisri, Tokoh Nahdlatul Ulama
Kata Kata Cak Nun Bermakna Bijak
“Kalau kau kehilangan kepekaan terhadap keindahan, kamu tidak memperoleh apa-apa di dunia.”
– Cak Nun
“Orang boleh salah, semoga dengan demikian dia memiliki potensi menemukan kebenaran dengan proses autentiknya sendiri”
– Cak Nun
“Tuhan tidak menuntut kita untuk berhasil. Tuhan cuma menyuruh kita berjuang tanpa henti.”
– Cak Nun
“Kalian berbicara bahwa dunia semakin rusak dan akan kian rusak. Siapa yang menghancurkan? Kalian sendiri.”
– Cak Nun
“Manusia adalah subyek yang menanggulangi dilema bukan yang justru jadi dilema.”
– Cak Nun
“Bila air yang sedikit mampu menyelamatkanmu (dari rasa haus), tak perlu meminta air lebih banyak yang barangkali mampu membuatmu tenggelam. Maka selalulah belajar cukup dengan apa yang kau miliki.”
– Cak Nun
“Musuh kita ialah kesempitan dan kedangkalan berpikir.”
– Cak Nun
“Dunia ini masih dipimpin oleh orang yang lebih menentukan kenyang walaupun dijadikan budak, dari pada lapar namun bertahan harga dirinya.”
– Cak Nun
“Kalau sama Tuhan kita harus 100%, bila terhadap ilmu kita, cukup 99%. Seluruh yang aku pahami dan yakini benar itu belum pasti benar. Maka saya tidak mempertahankan yang saya yakini benar alasannya adalah mungkin mendapatkan ilmu yang lebih tinggi.”
– Cak Nun
“Jangan hidup di dunia jika tidak menemukan alam baka.”
– Cak Nun
“Dakwah yang utama bukan berbentukkata-kata. Melainkan dari perilaku. Orang yang berbuat baik sudah berdakwah.”
– Cak Nun
“Manusia dan alam bagaikan anak dan ibu.”
– Cak Nun
“Anda tidak boleh mendewakan aku, me-Muhammad-kan aku, meng-habib-kan saya, alasannya saya adalah saya alasannya adalah Allah menyebabkan saya sebagai aku dan tidak karena yang lain. Maka Anda obyektif saja sama saya.”
– Cak Nun
“Seseorang tidak akan memperjuangkan pergeseran dari ketidakbenaran menjadi kebenaran dikala yang mesti ia perlihara yakni kemapanannya dalam ketidakbenaran.”
– Cak Nun
“Kalau kita jadi negara industri tidak memiliki arti bahwa segalanya akan beres, tak bermakna kita akan terbebas dari kemiskinan, kebodohan atau kekejaman kekuasaan. Industri hanyalah suatu cara di antara kemungkinan cara-cara lain yang dianggap bisa membantu menyejahterakan masyarakat.”
– Cak Nun
NOTE: Kutipan diambil dari bermacam-macam sumber.