18 Petuah Kh. Hasyim Asy’Ari, Pendiri Nahdlatul Ulama
Hadratus Syekh Muhammad Hasyim Asy’ari (Kyai Haji Hasyim Asy’ari) yaitu sosok ulama besar lahir dari suatu keluarga dengan didikan dasar-dasar agama yang besar lengan berkuasa (dilahirkan di Kabupaten Jombang, 14 Februari 1871 dan wafat di umur ke 76 tahun di Jombang, 21 Juli 1947, Jawa Timur).
Beliau ialah salah seorang Pahlawan
Nasional Indonesia, juga pendiri pergerakan organisasi Islam paling besar di
Indonesia yakni Nahdlatul Ulama. K.H. Hasyim Asy’ari dijuluki Hadlratus Syekh
( Maha Guru ) bagi kalangan ulama
pesantren.
Sejak usia muda di umur 15 tahun beliau memang gemar menuntut ilmu di aneka macam pesantren. Pada tahun 1892, K.H Hasyim Asy’ari mesti belajar ke mekkah serta mencar ilmu kepada para syeikh-syeikh, salah satunya Syaikh Mahfudz yang merupakan ulama dari Indonesia pertama yang memberikan pedoman Sahih Bukhari (andal hadits) di mekah. Hingga sampainya di Indonesia K.H Hasyim Asy’ari terkenal dalam mengajarkan ilmu hadis.
Pendiri Nahdlatul Ulama (NU)
Dalam Bisnisnya, K.H Hasyim Asy’ari menjadi pemrakarsa berdirinya organisasi kebangkitan ulama adalah Nahdlatul Ulama (NU) pada tahun 1926. Sebelum mendirikan organisasi ulama NU, pada tahun 1899 ia telah membangun Pesantren Tebu Ireng yakni pesantren terbesar dan termahsyur di Jawa pada era – 20.
Dari sisi pedoman K.H Hasyim Asy’ari ia
menanamkan ASWAJA (Ahlus Sunnah wa
al-Jamaah) ialah “ulama dalam bidang
tafsir Al-Qur’an, Sunnah Rasul, dan Fiqh sesuai fatwa Rasul dan para Khulafaur
Rasyidin.” Beliau menyatakan bahwa
hingga sekarang para ulama tersebut termasuk “ pengikut mazhab Maliki, Hanafi, Syafi’i,
dan Hambali.”
Itulah Doktrin yang dipraktekkan dalam
Nahdlatul Ulama yang menyatakan sebagai pengikut, penjaga dan penyebar faham
Ahlus Sunnah wal Jamaah.
: 27 Kutipan KH. Ahmad Dahlan, Pendiri Muhammadiyah
Quotes Islami KH. Hasyim Asy’ari
Sedikit ulasan tentang sejarah K.H. Hasyim Asy’ari yang bisa penulis suguhkan, untuk mengetahui petuah-petuah, tauladan dan perilaku beliau dalam mengajarkan agama, mari kita simak kutipan beliau selaku berikut!
“Jangan jadikan pendapat selaku karena perpecahan dan permusuhan. Karena yang demikian itu merupakan kejahatan besar yang mampu meruntuhkan bangunan masyarakat, dan menutup pintu kebaikan dipenjuru mana saja.”
– KH. Hasyim Asy’ari
“Bahwasanya Alqur’an dan Alhadist adalah aliran dan tumpuan bagi muslimin, hal itu benar adanya. Namun mengerti Quran dan Alhadist Tanpa memikirkan usulan Para Ulama adalah susah, atau bahkan tidak bisa.”
– KH. Hasyim Asy’ari
“Siapa yang hendak mengurusi NU, saya anggap dia santriku. Siapa yang jadi santriku, saya do’akan husnul khotimah beserta anak cucunya.”
– KH. Hasyim Asy’ari
“Dakwah dengan cara memusuhi mirip orang membangun kota, namun merobohkan istananya.”
– KH. Hasyim Asy’ari
“Jangan Jadikan perbedaan pendapat sebagai alasannya adalah perpecahan dan permusuhan. Karena yang demikian itu merupakan kejahatan besar yang mampu meruntuhkan bangunan penduduk , dan menutup pintu kebaikan di penjuru mana saja.”
– KH. Hasyim Asy’ari
“Agama Dan Nasionalisme Adalah Dua Kutub Yang Tidak Berseberangan. Nasionalisme Adalah Bagian Dari Agama Dan Keduanya Saling Menguatkan.”
– KH. Hasyim Asy’ari
“Tak ada satu pun di dunia ini yg kekal. Maka, ukirlah dongeng indah selaku kenangan. Karena dunia memang suatu cerita.”
– KH. Hasyim Asy’ari
“Mengagungkan atau menghormati masjid hukumnya wajib, sedangkan meremehkan atau menghinanya yaitu haram.”
– KH. Hasyim Asy’ari
“Hendaknya secepatnya mempergunakan abad muda dan umurnya untuk mendapatkan ilmu, tanpa terpedaya oleh rayuan “menunda-nunda” dan “berangan-angan panjang”, sebab setiap detik yang terlewatkan dari umur tidak akan tergantikan.”
– KH. Hasyim Asy’ari
“Menerima sandang pangan apa adanya alasannya adalah ketabahan akan ke-serba kekurangan hidup, akan mendatangkan ilmu yang luas, kefokusan hati dari angan-angan yang bermacam-macam dan pesan tersirat pesan yang tersirat yang terpancar dari sumbernya.”
– KH. Hasyim Asy’ari
Lihat Juga : 110 Kutipan
Ali bin Abi Thalib, tentang Kehidupan & Sahabat
“Pandai Membagi Waktu Dan Memanfaatkan Sisa Umur Yang Paling Berharga Itu.”
– KH. Hasyim Asy’ari
“Makan dan minum sedikit. Kenyang cuma akan menangkal ibadah dan bikin tubuh berat untuk belajar.”
– KH. Hasyim Asy’ari
“Bersikap wara’ (mejauhi kasus yang syubhat ‘tidak terang ‘ halal haramnya) dan berhati-hati dalam segala hal.”
– KH. Hasyim Asy’ari
“Meninggalkan pergaulan karena hal itu merupakan hal paling penting yang seyogyanya di lakukan pencari ilmu, utamanya pergaulan dengan lain jenis dan ketika pergaulan lebih banyak-main-mainnya dan tidak mendewasakan fikiran.”
– KH. Hasyim Asy’ari
“Watak insan itu seperti pencuri ulung (meniru perilaku orang lain dengan cepat) dan imbas pergaulan yakni ketersia-siaan umur tanpa guna dan hilang agama bila bergaul dengan orang yang bukan andal agama. Jika seorang pelajar butuh orang lain yang mampu ia temani, maka hendaknya dia jadi sobat yang baik, besar lengan berkuasa agamanya, bertaqwa, wara ‘, higienis hatinya, banyak kebaikannya, baik harga dirinya (muru’ah), dan tidak banyak bersengketa: bila sobat tersebut lupa beliau ingatkan dan bila sudah sadar maka beliau tolong.”
– KH. Hasyim Asy’ari
“Seorang santri hendaknya membersihkan hatinya dari segala hal yang dapat mengotorinya mirip dendam, dengki, akidah yang sesat dan perangai yang jelek.”
– KH. Hasyim Asy’ari
“Hendaknya memiliki niat yang bagus dalam mencari ilmu, adalah dengan berniat menerima ridho Allah, mengamalkan ilmu, membangkitkan syariah Islam, menerangi hati dan mengindahkannya dan mendekatkan diri terhadap Allah. Jangan sampai berniat cuma ingin mendapatkan kepentingan duniawi mirip mendapatkan kepemimpinan, pangkat, dan harta atau menyombongkan diri di hadapan orang atau bahkan agar orang lain hormat.”
– KH. Hasyim Asy’ari
“Siapa Yang mau mengurusi NU, aku anggap beliau santriku. Siapa yang jadi santriku, aku doakan husnul khatimah beserta anak-cucunya.”
– KH. Hasyim Asy’ari
“Sesungguhnya perpecahan, pertengkaran, saling mencemooh dan fanatik madzhab yakni petaka yang faktual dan kerugian yang besar.”
– KH. Hasyim Asy’ari
NOTE: Kutipan diambil dari beragam sumber.