Menristekdikti Dorong Perguruan Tinggi Tinggi Terapkan Teknologi Pada Produk Umkm - Kingramli.Com
Ristekdikti |
Ristekdikti.go.id - Semarang – Menteri Riset , Teknologi , dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mendorong perguruan tinggi dan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) , khususnya ISEI Semarang untuk mulai berkonsentrasi memajukan pemasukan Usaha Mikro , Kecil dan , Menengah (UMKM) lewat penerapan teknologi. Sektor yang secara lazim belum banyak diamati perguruan tinggi ini menjadi penopang perekonomian Indonesia.
“Pertumbuhan ekonomi yang ada di kita itu basisnya ekonomi kerakyatan. Ekonomi rakyat mesti baik , maka UMKM mesti digerakkan. Apa yang mesti dijalankan kini dengan teknologi yang begitu cepat (untuk mendorong UMKM)?” ungkap Menteri Riset , Teknologi , dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir yang juga menjabat selaku Ketua Umum Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Semarang 2016 – 2019.
Menristekdikti hadir dalam Rapat Pleno Pertanggungjawaban Kepengurusan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Periode 2016 – 2019 di Universitas Stikubank (Unisbank) , Semarang pada Senin (22/7). ISEI Semarang memuat keanggotaan lulusan aktivitas studi terkait ekonomi dan bisnis dari seluruh kota di Jawa Tengah , selain Salatiga dan Purwokerto yang memiliki ISEI sendiri.
“ISEI berkontribusi bagaimana memamerkan nilai tambah terhadap satu produk yang dijual. Jangan cuma kita memamerkan training ihwal tata cara , tetapi bagaimana menggandengkan inovasi-inovasi perguruan timggi dengan penduduk kecil ,” ungkap Menteri Nasir.
Salah satu sektor UMKM yang paling banyak yaitu kuliner dan minuman , tetapi masih sedikit teknologi yang dipraktekkan untuk menentukan kuliner UMKM ini bersih dan tahan lama.
“Pernahkah kita membayangkan masakan yang beken , misalnya sayur lodeh bisa tahan lama. Kalau saya mau makan ini , tahannya berapa lama? Paling empat – lima jam sudah basi. Bisakah kita mencari teknologi mudah-mudahan ekonomi rakyat meningkat? Makanannya bisa tahan satu atau dua bulan?” harap Menteri Nasir.
Kemenristekdikti sendiri selama lima tahun terakhir sudah menjajal menerapkan teknologi packing yang menentukan kuliner tidak mengandung mikroba yang mau membusukkan makan tersebut.
Kemenristekdikti sudah membuatkan bisnis UMKM. Kami kembangkan di Jogja , sempurna di Gunung Kidul. Ternyata Gudeg Bu Citro bisa tahan enam bulan tanpa materi pengawet. Cirebon beken dengan empal gentong , bisa tahan enam bulan. Kalau di Sumatera , di Riau ada patin asam pedas , bisa tahan enam bulan ,” ungkap Menristekdikti.
Teknologi packing yang bersih ini masih jarang dipraktekkan di golongan UMKM , padahal apabila dipraktekkan , ada nilai tambah dan pemasukan UMKM sanggup meningkat.
“Di Kebumen itu saya membina industri kecil , sate ambal. Sate itu cuma dibuat satu hari kapasitas produksinya 40 – 50 ekor ayam. Tapi alasannya yaitu masakannya nikmat , bagaimana jikalau kita bantu metode pengemasannya? Teknologi saya masukkan di situ. Akhirnya sate ambal bisa bertahan selama enam bulan juga tanpa materi pengawet. Enam bulan ini ternyata memberi nilai tambah. Sekarang rumah pemiliknya cantik , punya mobil. Bagaimana ekonomi kerakyatan mesti kita dorong ,” ungkap Menteri Nasir.
Nol Plastik Sekali Pakai di Kampus dan Lingkungan Kemenristekdikti
Dalam peluang yang serupa , Menristekdikti menceritakan latar belakang kebijakannya terkait larangan penggunaan plastik sekali pakai (single use plastic) di lingkungan Kemenristekdikti dan seluruh perguruan tinggi di Indonesia. Menristekdikti juga mengapresiasi perguruan tinggi yang mengadakan aktivitas bareng Kemenristekdikti , mengusahakan tidak menggunakan plastik sama sekali selama aktivitas berlangsung.
“Saya sudah riset terkait limbah di Sungai Citarum , ternyata Sungai Citarum di salah satu media Amerika , diangkut selaku sungai terkotor di dunia. Bayangkan , terkotor di dunia! Presiden gerah waktu itu di tahun 2017. (Dari hasil riset itu) yang berbahaya memang plastik atau mikro plastik ,” ungkap Menristekdikti.
Sungai Citarum yang dipenuhi limbah , salah satunya plastik dan mikro plastik ini mendorong Kemenristekdikti selaku salah satu garda terdepan penduduk ilmiah di Indonesia untuk mengambil tindakan. Melalui Instruksi Menteri Riset , Teknologi , dan Pendidikan Tinggi Nomor 1/M/INS/2019 ihwal Larangan Penggunaan Kemasan Air Minum Berbahan Plastik Sekali Pakai Dan/Atau Kantong Plastik di Lingkungan Riset , Teknologi , dan Pendidikan Tinggi , penghematan penggunaan plastik sekali pakai ditargetkan akan meraih nol penggunaan plastik sekali pakai , tergolong air minum berkemasan plastik sekali pakai dan kantong plastik.
Menristekdikti secara khusus juga berterima kasih terhadap perguruan tinggi yang mengadakan Rapat Pleno ini sudah tidak menggunakan single use plastic selama aktivitas berlangsung.
“Kebijakan duduk permasalahan plastik , bagaimana mengkondisikan plastik ini. Akhirnya saya keluarkan kebijakan di Kemenristekdikti , zero single use plastic di kampus di Indonesia. Saya bahagia sekali , terima kasih di Unisbank ini tadi minumnya sudah pakai gelas , tidak pakai plastik (dari bungkus air mineral). Backdropnya juga tidak pakai plastik. Ini zero plastic ,” ungkap Menteri Nasir sehabis aktivitas ISEI Semarang.
Turut hadir dalam peluang ini Sekretaris Direktorat Jenderal Kelembagaan Ilmu Pengetahuan , Teknologi dan Pendidikan Tinggi Agus Indarjo , Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah VI Jawa Tengah Dwi Yuwono Puji Sugiharto , Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah Soekowardojo , Rektor Universitas Stikubank (Unisbank) Safik Faozi , para pimpinan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Semarang , serta para civitas akademia Universitas Stikubank (Unisbank).
Ahmad Tombak Al Ayyubi , Firman Hidayat , Doddy Zulkifli Indra Atmaja
Biro Kerjasama dan Komunikasi Publik Kemenristekdikti
sumber ristekdikti.go.id